Kamis, 27 Juni 2013

cerpen



 HENING MALAM YANG HILANG

Dulu saat mega merah belum mulai menampakkan keindahanya, kami sudah saling bertukar rasa, berbagi duka, mencipta canda, bahkan mengukir mimpi,  sampai kami merasa lelah sendiri, atau sadar bahwa mentari akan segera menampakkan sinarnya, walaupun langit masih dengan segala kegelapan dan kesunyianya ditemani sinar bintang yang sesekali berkelap- kelip, tak membuat kami ingin segera mengakhiri hening malam ini.
Ya, Hening malam, ,kami sebut itu hening malam, keadaan dimana kami benar- benar merasa bahwa kami memiliki teman, lebih dari seorang kekasih, sahabat ataupun sodara, teman yang mengerti ingin hati, teman yang bisa menyambungkan cerita saat alurnya entah terarah kemana, teman yang bisa menjawab semua Tanya, dan yang paling berharga teman yang mengerti impian kita. Aku selalu senang duduk dijendela yang sengaja kubiarkan terbuka, sembari menikmati semilir angin yang berhembus, yang sesekali terasa cukup dingin dan mendengarkan suara di ujung telepon, yang entah kenapa setiap kata yang terdengar dari mulutnya membuatku merasa nyaman  dan tersenyum bahagia.
“Kau tau , apa impian terbesarku ?” Suara seorang lelaki dari ujung telepon , ia adalah Sam, nama lengkapnya Samudra.
“Emhhh, ,menjadi seorang ahli di bidang teknologi ?” Jawabku asal.
“Selain itu, ada yang lebih besar lagi, coba tebak !” Kata Sam, yang berusaha membuatku harus menebak impian terbesar nya itu.
“Jadi Pengusaha ?” akupun coba menebak nya lagi dengan asal
“Nusa, kalau yang itu masih belum bisa kusebut besar !” kata Sam
“Sudahlah, aku menyerah, coba katakan pada sahabatmu ini apa impian terbesar mu ?” Tanya ku.
“ Kau payah segitu saja sudah menyerah, baiklah akan ku katakan.  Aku ingin keliling dunia,sa. “ jawabnya lirih,sepertinya fikiranya pun  mulai terbang .
“ Keliling dunia, jadi penjelajah ?” tanyaku
“heem, ,kamu tahu kan aku tidak pernah puas, dengan apa yang aku punya ataupun yang aku lakukan, ,mungkin dengan menjadi seorang penjelajah ada banyak hal baru yang akan aku dapatkan. “ kata Sam
“ kalau sifat mu yang itu, dari dulu aku tahu, tapi dari seluruh Negara di dunia ini memangnya Negara mana yang paling ingin kau kunjungi ?”
“Jepang.”
“Jepang ? kenapa harus jepang, menurutku Negara itu tak semenarik Negara- Negara di Eropa khususnya Itali.” Akupun mulai berargumen.
“haha, ,itu karna aku pencinta teknologi, aku selalu kagum dengan teknologi- teknologi yang diciptakan oleh jepang serta gaya hidupnya yang begitu menghargai waktu, selain itu Gunung Fujiama, bunga sakura, musim semi, musim gugur, kota Tokyo dan semua yang berbau Jepang yang tak kalah aku rindukan, memangnya ada yang seperti itu di Itali ?” Jawab Sam dengan penuh antusias.
“Hemm, ,Ia ia aku paham, tapi tetap saja aku lebih menyukai  negara Itali dan kota Paris dengan sejuta keromantisanya.” Akupun coba membanding- bandingkan.
“Dasar kau korban Sinetron dan Film.hahaha”Sam tertawa puas
“Hey, aku bukan korban sinetron tapi Itali itu salah satu Negara yang aku kagumi.!” Aku sedikit kesal dengan tawa Sam.
“ia, ia maaf, ,berarti kau juga ingin mengunjungi menara miring itu ?” Tanya Sam
“ Menara Visa, sam !. Ya tentu saja .Selain itu aku ingin menyusuri kota Makau dengan transportasi uniknya itu, sebuah perahu yang dikendalikan oleh seseorang hanya dengan sebuah dayung, yang sesekali dia mengalunkan sebuah lagu, tentu saja lagu dari Itali, bukankah itu cukup menarik ?” ” jawabku
“emmm,, Lumayan.” Jawab Sam yang tidak terlalu bersemangat
“Lumayan kau bilang ? menurutku sangat sangat menarik.” Jawabku dengan nada penuh tekanan.
“Nusa, itu karna aku tidak terlalu suka dengan Negara- Negara Eropa atau Itali mu itu.” Sam
“ya ya ya, baiklah, terserah Bapak teknologi Saja, haha” aku tertawa lepas
“Hei, kau buatkan nama untukku lagi ?” Tanya Sam yang sepertinya cukup kaget saat ku sebut Bapak Teknologi
“mungkin, habis aku bosan dengan memanggilmu “Onta”.haha” jawabku
“Sesuka hati mu lah, sebutan bapak Teknologi agak mendingan dari pada Onta” Jawab Sam dengan nada agak sedikit kesal.
“Haha, memang sebaiknya kau menerima dengan ikhlas.” Tawaku
“ Sa, sepertinya sudah hampir Subuh , sudah dulu hening malam nya, kita lanjut besok lagi.” Kata Sam
“ Aku setuju. Tapi besok kau yang menelpon ku duluan, pulsaku habis.”
“ Baiklah, besok aku yang menelpon mu, sudah dulu yah, assalamu’alaikum. .” Salam Sam sebelum menutup telepon nya
“Wa’aalikumsalam.” Dengan semangat aku menjawabnya.
Tersenyum sendiri, itu kebiasaan yang aku lakukan, karna mengingat apa saja yang kita obrolkan setiap Dini Hari itu. Mega merah mulai Nampak dengan segala keindahanya, menandakan aku harus  bergegas pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu karna sebentar lagi akan memasuki waktu subuh.
Aku(Nusa) dan Samudra sudah bersahabat sejak kelas 1 SMA, Sekarang kita sudah kelas 3 SMA yang sedang menunggu di umumkanya kelulusan. Sudah tradisi biasa kegiatan yang dilakukan oleh siswa- siswi SMA pada masa- masa seperti ini yaitu sibuk mendaftar ke universitas- universitas ternama atau yang disukai, tetapi ada juga yang langsung mencari kerja untuk mendapatkan penghasilan atau sekedar tempat magang sambil kuliah. Begitu juga yang aku lakukan bersama Sam kita sepakat untuk mendaftar ke Universitas yang sama di daerah Bandung meskipun beda Fakultas karna memang aku dan Sam mempunyai minat yang berbeda Sam lebih suka di bidang Tehnik sedangkan aku lebih suka di bidang Ekonomi khususnya Akuntansi.
Takdir ternyata menghendaki kita untuk selalu bersama, aku dan Sam berhasil masuk ke Universitas yang kita inginkan, di kampus kita jarang bertemu karena kita mempunyai jam kuliah serta kegiatan yang berbeda, Walaupun begitu tradisi hening malam yang sudah kita lakukan sejak SMA membuat hubungan persahabatan kita tetap terjaga.
            Pagi ini kumandang adzan subuh terdengar begitu merdu, walaupun begitu, suhu di waktu subuh sungguh menggoda ku agar tidak segera beranjak dari belaian selimut lembut ku yang penuh dengan kehangatan, tapi aku coba memaksakan untuk menyibakkan selimut dari seluruh tubuh, dan akupun berhasil bangun , baru selangkah kaki ini ku langkahkan tiba-tiba aku teringat sesuatu. Ya, sesuatu, ternyata sebuah ponsel yang tidak terlalu canggih tapi cukup baik untuk digunakan sebagi alat komunikasi yang sudah hampir 3 tahun menjadi milikku. Ku urungkan niat ku untuk mengambil air wudhu dan lebih memilih untuk melihat ponsel yang kuletakkan diatas meja yang berdekatan dengan tempat tidurku.
            “ Tidak ada panggilan sama sekali, apalagi panggilan dari Sam, bukankah dia sudah berjanji untuk menelponku duluan untuk hening malam tadi.” Batinku yang sedikit kecewa karena Sam tidak menelponku.
            “Mungkin dia ketiduran atau tidak punya pulsa atau ponselnya bermasalah atau mungkin juga sinyalnya jelek, sehingga Sam putus asa untuk menghubungiku.”Akupun mencoba berfikir positif
            Entah kenapa hati ini cemas bercampur kecewa karena Sam tidak menghubungiku, apa mungkin karna selama ini Sam tidak pernah mengingkari janjinya, jadi saat dia melanggar seperti yang dilakukanya sekarang, aku mudah kecewa.
            “Ya sudahlah tak apa, lebih baik nanti aku sms atau kutemui Sam di kampus” gerutu batinku. Akupun segera melaksanakan niat awalku yang sempat tertunda, yaitu mengambil air wudhu dan solat subuh.
            Sesampainya dikampus,aku langsung menuju fakultas tehnik dimana tempat Sam belajar, aku tahu hari ini dia ada jam kuliah, sekedar hanya ingin menanyakan alasan kenapa sam tidak menghubungiku dan pesan singkat ku pun tak kunjung dibalasnya.
            Tetapi kenyataan berkata lain, sudah ku telusuri seluruh kampus tapi Sam tak kunjung ku temui, sampai akhirnya aku bertemu dengan Putra,  teman satu fakultas Sam yang memang cukup dekat dengan sam.
            “Put, kamu putra kan teman dekatnya Sam, perkenalkan aku Nusa sahabat Sam.” Sambil mengulurkan tangan dan putra pun merespon jabatan tanganku.
            “ia ,betul. Oh Nusa, aku kenal kamu kok, Sam sering cerita.” Putra
            “Oh syukurlah. Put aku mau tanya apa kamu lihat Sam, soalnya dari tadi aku cari- cari tidak ada, ku hubungi ponselnya pun tak ada jawaban ?” Tanyaku penuh harap ada jawaban yang menggembirakan.
            “ Sam tidak masuk kuliah hari ini, aku tidak tahu kenapa, Sam tidak memberi kabar padaku atau pun ke pihak kampus.” Jawabnya
            “Oh begitu yah, baiklah makasih yah putra, aku ke kelas duluan yah.”
            “ Sama- sama Sa, silahkan.” Putra
            Dengan wajah putus asa perlahan aku meninggalkan putra, yang masih memandangku, yang sepertinya heran melihat keputus asaanku. Aku tak henti- hentinya memikirkan Sam yang tiba- tiba saja menghilang tak ada kabar, bagaikan di telan bumi. Pertanyaan- pertanyaan konyolpun mendera batinku, tapi aku coba menjawab semua itu dengan doa “ Semoga Sam baik-baik saja.”
            Aku kira hanya satu hari Sam tidak ada kabar, ternyata dua hari, tiga hari, empat hari, Sam masih belum ada kabar, sampai sekarang sudah sepekan Sam tidak ada kabar, akupun sempat berfikir apa lebih baik aku coba datang kerumahnya hanya untuk sekedar memastikan apakah dia baik- baik saja atau tidak.
            “Lebih baik besok aku ke rumah Sam.” batinku
            Waktu menunjukkan tepat pukul satu dini hari,memang aku terbiasa tidur sekitar jam tersebut entah apa yang menyebabkan aku sulit untuk tidur di jam- jam biasanya. “Bismillahirrahmanirrahim, Bismika Allahumma ahya wabismika amut”. Tiba- tiba. . .

Kamulah bintang- bintang hatiku
Akan ku jaga slalu, selalu tentang kamu
Kamu lah bunga dari tidurku
Mimpi- mimpi indahku, selalu tentang kamu
            Ponselku berdering terdengar lagu “selalu tentang kamu” yang dilantunkan oleh SMASH, lagu tersebut sengaja ku atur sebagai nada dering di ponselku. Sontak saja akupun kaget, karna tidak biasanya ada yang menelpon ku, malam- malam begini selain Sam.
                Sam, apa mungkin itu dari Sam.”akupun segera mengambil ponsel yang memang agak jauh dari tempat aku berbaring.Ternyata itu benar dari sam,” SAM MEMANGGIL” terlihat jelas nama sahabatku tertera di ponsel, tanpa berfikir panjang aku segera menekan tombol hijau yang biasanya berfungsi untuk menjawab panggilan itu kan.
            Assalamu’alaikum Sam, Sam kamu kemana saja sepekan ini, kenapa tidak memberi kabar padaku, apa kau baik- baik saja,atau kau sakit ?” sederet pertanyaan aku lontarkan, karna mungkin saking bahagianya.
            “Nusa, kau itu bertanya atau sedang mendongeng ?” kata sam
            “ ia maaf, baiklah aku ulangi. Sam sahabatku yang ganteng, baik, rajin menabung tapi nyebelin kemana saja kau selama ini ?” tanyaku
            “hehehe aku ikut Ayah ke Singapore, dan aku tidak menghubungimu karna ponsel ku hilang waktu di bandara.” Dengan cengengesan Sam menjawab pertanyaanku yang selama ini mencemaskanya, aku yakin dia juga sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.
            “ Kamu tahu Sam kesana- sini aku cari kabar tentang kau, tapi tidak ada satu orang pun yang tau, memangnya untuk apa kau ke Singapore ?” tanyaku
            “ia, maafkan aku , aku di suruh ayahku untuk daftar kuliah disana , Sa.” Kata Sam
            “Daftar kuliah ? maksudmu sam, aku tidak mengerti?” tanyaku, yang sebenarrnya sedikit mengerti
            “Sa, Ayah memintaku untuk kuliah di sana, karna menurutnya universitas disana lebih baik dari pada disini.” Kata Sam
            Pernyataan Sam sungguh membuat hatiku hancur, bagaimana tidak, dia menghilang tiba- tiba datang hanya untuk bilang kalau dia memang akan pergi lagi bahkan mungkin untuk selamanya, Sam sahabat terbaikku bagaimana aku akan sanggup kehilanganya, tanpa terasa butiran bening airmata ku jatuh tanpa suara tangis. Apakah itu berarti tidak akan ada lagi tradisi hening malam Sam dan Nusa, Aku mencoba kuat dan melanjutkan pembiacaraan ku dengan Sam.
            “Sa, kenapa diam, kamu mendengarkan ku kan ?” tanya sam
            “iya aku mendengarnya, lalu bagaimana dengan mu, apa kau menyetujuinya ?” tanyaku
            “Tentu sa, aku tidak bisa menentang Ayah, aku akan pindah ke Singapore,bahkan mungkin tidak akan kembali ke Indonesia lagi, karna aku akan mengurus usaha Ayah ku disana. ” Kata sam, dengan suara lirih, yang sepertinya sedang menahan tangis.
            “(menghela nafas)Sam, sebagai sahabatmu yang baik, apapun keputusanmu aku akan mendukungnya, meskipun itu membuatku sakit karna harus berpisah denganmu,yang entah kapan bisa bertemu denganmu lagi.” Jawabku, dengan air mata bercucuran dan suara tangis yang sempat ku tahan, tapi akhirnya tak sanggup lagi ku sembunyikan.
            “Akupun demikian sa, kau sahabat terbaikku, satu- satu nya orang yng sangat mengertiku. Tapi apa boleh buat mungkin ini sudah takdir, aku hanya mengharapkan doa mu saja sa,” kata Sam, yang sepertinya air mata nya pun telah pecah karna tak kuasa menahan sedih.
            “Pasti Sam, Aku akan selalu mendo’akan yang terbaik untukmu, sahabatku.Karna aku sangat menyayangimu, Sam.” Jawabku berusaha tegar.
            “Kata- kata itu yang selalu aku rindukan, sa. Dan selamanya akan selalu ku rindukan. ,jaga dirimu baik- baik.” Kata Sam, yang seakan- akan dia akan pergi jauh, lebih jauh dari Singapore untuk selamanya.
            Tanpa mengucapkan sepatah kata pun,aku pun langsung menutup ponselku karna tangis yang semakin deras, dan sedih yang tak kuasa ku tahan, mungkin memang aku harus benar- benar merelakan Sam dan terbiasa hidup tanpanya lagi.
“SELAMAT  JALAN SAHABATKU, SEMOGA KAU SUKSES DI SANA, DAN KAU DAPAT MERAIH MIMPI TERBESARMU” doa ku untuk sam.
Aku masih menangis dengan kedua lututku yang ku peluk erat, dengan kepala tertunduk, sembari menabahkan hati yang rapuh ini.
Sudah hampir satu bulan Sam pergi dan tradisi hening malam itupun perlahan punah dan hilang, Saat sedang asyik memandang foto- fotoku dulu bersama Sam, tiba- tiba ada yang mengetuk pintu, segera aku keluar kamar dan membuka pintu utama, yang memang jaraknya cukup jauh dari kamarku,
“Selamat siang, betul ini dengan rumah mba Nusa santika Wiguna.” Tanya seorang kurir
“Betul pak, saya sendiri.Ada apa pak ?” tanyaku heran.
“ Ini ada surat dari Singapore mba, silahkan mba tanda tangan disini.” Sambil menyodorkan buku tanda terima dan bolpoin nya.
“Oh, baik pak.(tanda tangan), terima kasih pak.”
“ Singpore, dari siapa yah ?” batinku
Setelahku lihat nama pengirimnya, ternyata disitu tertulis “ARVIAN SAMUDERA”.
“Sam, ini dari sam,” Hatiku senang. Tanpa berfikir panjang akupun membuka isi dari amplop berwarna coklat itu,ternyata didalamnya tedapat sepucuk surat dan miniatur menara visa.Perlahan aku membuka lipatan surat itu, dengan penuh perhatian aku membacanya.

Teruntuk sahabatku,
Nusa
            Salam rindu ku curahkan untukmu sahabatku, rindu yang tidak berganda, hanya satu namun begitu kuat, nasihatmu yang selalu membuat ku berhasil keluar dari setiap masalahku, kata-katamu yang selalu merubah semua yang ku anggap buruk menjadi baik, tindakamu yang membuat sesuatu yang tidak  mungkin menjadi mungkin.Aku sangat beruntung mengenalmu.
            Lalu bagaimana dengan mu , apa kau merasakan hal yang sama ? Sa, kamu pernah mendapatkan sebuah kata nasihat saat kau menonton sebuah film dan kau pun pernah mengatakanya di depan ku, kalau tidak salah nasihat nya seperti ini “ jangan pernah ucapkan selamat tinggal, luangkan waktu untuk bertemu dan hidup bersamaku”.Kamu tahu sa, aku sangat menyukai nasihat itu, dan mungkin atas dasar itulah aku melakukan semua ini, aku pergi jauh meninggalkanmu tanpa ku ucapkan selamat tinggal, tapi yang aku sesalkan,aku tidak bisa melakukan hal seperti kalimat kedua pada nasihat itu,yaitu meluangkan waktuku untuk bertemu bahkan hidup bersamamu lebih lama lagi. Tuhan hanya memberiku waktu sampai disini, sa. Walaupun begitu aku tidak marah pada tuhan, meskipun waktu hidup ku didunia ini sangat singkat, tapi kebahagiaan yang dianugerahkan- Nya padaku sangat besar, saat tuhan memberi ku orang tua yang baik, adik yang cantik, sahabat- sahabat yang peduli dan menyayangiku, kehidupan ku yang cukup, pendidikan ku yang baik dan banyak anugerah lainya, tapi tuhan tak cukup memberiku anugerah sampai di situ, tuhan juga mengirimku seseorang “bonus dari surga” yaitu kamu Nusa sahabatku.
            Sebenarnya, kepergianku ke Singapore bukan untuk kuliah sa, tapi untuk  menjalani pengobatan atas penyakit leukemia yang selama ini aku derita. Aku sengaja tak memberi tahumu tentang penyakitku, bukan karna tak merhargaimu, tapi karna aku tidak mau membuatmu susah dan sedih. Meskipun aku telah berusaha untuk menyembuhkan penyakit ini, tetap saja aku tak kunjung sembuh, sampai pada akhirnya dokterku di Singapore, memfonis bahwa umurku tidak lama lagi karna kanker yang kuderita telah menyebar pada organ tubuhku yang lain.
            Saat kau membaca surat ini, itu berarti aku telah pergi meninggalkan dunia ini untuk selamanya.Tapi percayalah sa, sessungguh nya aku tidak benar- benar meninggalkan mu, aku hanya di takdirkan tuhan untuk hidup di alam lain hingga akhirnya aku di beri waktu untuk bertemu dan hidup bersamamu selamanya di kehidupan kedua kelak, sehingga aku tetap ada dihatimu.
            Hanya sebuah miniatur Menara Visa ini yang  bisa kuberikan padamu untuk yang terakhir kalinya, aku berharap dengan benda ini, kau akan selalu termotivasi untuk menggapai semua angan dan cita- cita mu.
            JAGA DIRIMU BAIK- BAIK SOBAT, SAMPAI JUMPA DI KEHIDUPAN LAIN KELAK.

                                                                                                Yang selalu menyayangmu,
                                                                                                            SAM
            Bukan hanya air mata yang terus membasahi pipi saat itu, tapi tubuh ini pun sampai tak kuasa lagi menopang tubuhku untuk berdiri, sampai- sampai aku terduduk lemah dan terus memeluk surat ini. Kenyataan pahit yang harus ku telan, rasa percaya yang harus ku paksakan, ke relaan yang harus ku berikan, Seseorang yang ku sayangi telah benar- benar pergi dari dunia ini, tetapi imanku coba mengikhlaskan semuanya, bahwa ini adalah kuasa tuhan, dan aku harus sama-sama berharap bahwa kita akan di pertemukan kembali di kehidupan kedua kelak. Kini Hening malam benar- benar hilang, Jendela itupun tak akan pernah kududuki lagi pada gelapnya malam, tak akan ada lagi “SAM MEMANGGIL”yang muncul pada ponselku.
“Sampai jumpa dikehidupan kedua kelak sahabatku”
TAMAT